Disusun untuk
memenuhi
tugas mata kuliah
“Qur'an Hadist”
Masrul Isroni Nurwahyudin, MA
Disusun oleh :
Ma’Ma
Mumajad (932135616)
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI KEDIRI
(STAIN) KEDIRI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya orang
yang mempunyai ilmu lebih tinggi derajatnya dibandingkan orang yang tidak
berilmu karena dengan ilmu kita bisa mengetahui dan memahami mana yang haq dan
mana yang bathil.
Ilmu yang kita peroleh membutuhkan
lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi penolong bagi kita yaitu dengan cara
mengamalkannya, baik dengan mengajarkannya maupun yang lainnya. Maka merugilah orang yang tidak mengamalkan ilmu. Karena
ilmu yang diperoleh akan sia-sia dan tidak bermanfaat ilmunya.
Maka dari itu disini
kami ingin membahas lebih mendalam tentang arti penting dari mengamalkan ilmu
serta larangan menyimpannya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana arti penting
dalam mengamalkan ilmu?
2.
Bagaimana hukuman bagi
orang-orang yang tidak mengamalkan
ilmu?
ilmu?
C. Tujuan
1.
Mengetahui arti penting dalam mengamalkan
ilmu.
2.
Mengetahui hukuman
bagi orang-orang yang tidak mengamalkan
ilmu.
ilmu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Arti penting mengamalkan ilmu
Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia
unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.
Dalam konteks ini, ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar
sebagai hadis Nabi Saw: ”Barangsiapa mengamalkan yang diketahuinya maka Allah
menganugerahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” Atas
dasar itu semua, Al-Quran memandang bahwa seseorang yang memiliki ilmu harus
memiliki sifat dan ciri tertentu pula, antara lain yang paling menonjol adalah
sifat khasyat (takut dan kagum kepada Allah) sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama”(QS.Fathir[35]:28).
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama”(QS.Fathir[35]:28).
Dalam konteks
ayat ini, ulama adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang fenomena
alam.Rasulullah Saw. menegaskan bahwa: “Ilmu itu ada dua macam, ilmu di dalam
dada, itulah yang bermanfaat, dan ilmu sekadar di ujung lidah, maka itu akan
menjadi saksi yang memberatkan manusia.
Dalam ayat lain, allah juga
berfirman:
وَلَوْ
أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَشَدَّ
تَثْبِيتًا
“Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)” (QS. An-nisaa: 66)[1]
“Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)” (QS. An-nisaa: 66)[1]
Maka lihatlah bagaimanakah
keutamaan orang-orang yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya:
a.
Anjuran agar kita semakin bersemangat
dalam menuntut ilmu syar’i sehingga semoga setiap ilmu yang kita dapatkan, kita
berusaha untuk dapat kita amalkan.
b.
Maka seharusnya ini dapat kita
jadikan sebagai tujuan utama kita dalam menuntut ilmu, yaitu kita mencari ilmu
agar kita dapat mengamalkannya; bukan hanya sekedar “koleksi” ilmu saja. Namun
tercermin dalam amal-amal kita, baik amalan hati, lisan maupun anggota badan.
c.
Dengan mengamalkan ilmu (dengan
ikhlash), maka pasti allah akan menunjuki kita akan ilmu-ilmu yang belum kita
ketahui.
d.
Dengan mengamalkan ilmu (dengan
ikhlash) pula, maka akan memperkuat keimanan dalam hati kita.
e.
Dengan mengamalkan ilmu (dengan
ikhlash) pula, maka akan membantu kita istiqamah diatas jalan yang haq.
f.
Allah menyebut “mengamalkan ilmu”
sebagai salah satu bentuk jihad. Maka ini sebagai jawaban kepada kaum takfiriy
yang hanya mengkhususkan jihad kepada jihad qital (perang) saja; yang mana
sebenarnya jihad sangat luas maknanya, tidak sebatas perang saja.
g.
Sebagaimana mengamalkan ilmu
adalah jihad, maka menuntut ilmu pun merupakan jihad.
Hadits yang Berkaitan dengan Pentingnya Mengamalkan Ilmu:
من يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan membuat
dia faqih (paham) tentang ilmu agama.”(HR Bukhari dan Muslim).
Jika
seorang mengetahui syariat Alloh, akan tetapi ia tidak mengamalkannya, maka orang
seperti itu bukanlah seorang yang fakih (memahami isi agamanya), sekalipun ia
hafal dan memahami isi kitab fikih paling besar diluar kepala. Ia hanya
dinamakan seorang qori saja. Orang fakih adalah orang
yang mengamalkan ilmunya
B.
Larangan dan hukuman bagi
orang-orang yang tidak mengamalkan ilmu
Dalam Al-Qur’an
dijelaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 159 – 162. Sebagai berikut :
¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbqßJçFõ3t !$tB $uZø9tRr& z`ÏB ÏM»uZÉit7ø9$# 3yçlù;$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB çm»¨Y¨t/ Ĩ$¨Z=Ï9 Îû É=»tGÅ3ø9$# y7Í´¯»s9'ré& ãNåkß]yèù=t ª!$# ãNåkß]yèù=tur cqãZÏ軯=9$# ÇÊÎÒÈ wÎ) tûïÏ%©!$# (#qç/$s? (#qßsn=ô¹r&ur (#qãZ¨t/ur Í´¯»s9'ré'sù ÛUqè?r& öNÍkön=tæ 4 $tRr&ur Ü>#§qG9$# ÞOÏm§9$# ÇÊÏÉÈ ¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qè?$tBur öNèdur î$¤ÿä. y7Í´¯»s9'ré& öNÍkön=tæ èpuZ÷ès9 «!$# Ïps3Í´¯»n=yJø9$#ur Ĩ$¨Z9$#ur tûüÏèyJô_r& ÇÊÏÊÈ tûïÏ$Î#»yz $pkÏù ( w ß#¤ÿsä ãNåk÷]tã Ü>#xyèø9$# wur öLèe crãsàZã ÇÊÏËÈ
159.
Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan
berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan
dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,
160.
kecuali mereka yang telah taubat dan Mengadakan perbaikan[105] dan menerangkan
(kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah aku menerima taubatnya dan Akulah yang
Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.
161.
Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam Keadaan kafir, mereka itu
mendapat la'nat Allah, Para Malaikat dan manusia seluruhnya.
162.
mereka kekal di dalam la'nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan
tidak (pula) mereka diberi tangguh.[2]
Demikianlah
ancaman Allah terhadap yang berani atau dengan sengaja menyembunyikan apa yang
diajarkan oleh para Rasul berupa ayat-ayat yang bertujuan baik dan sangat
dibutuhkan oleh manusia, sesudah dijelaskan oleh Alllah kepada manusia dalam
kitab yang telah diturunkan kepada
Rasul-rasul-Nya.
Ayat
ini turun berkenaan dengan ahli kitab yang telah menyembunyikan sifat-sifat
Nabi Muhammad saw. Yang tersebut dalam kitab mereka
مَنْ سُئِل عَنْ عِلْمٍ
فَكَتَمَهُ، أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
“Barang
siapa ditanya mengenai suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya niscaya kelak
dihari kiamat dia akan disumbat dengan kendali dari apa neraka.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Abu
hurairah berkata, “Jika tidak ada ayat 159 ini, niscaya aku takkan meriwayatkan
satu hadis pun kepada orang lain.”
Dalam
ayat 159 ini Allah menyatakan, bahwa orang yang menyembunyikan ilmu yang
diturunkan Allah dalam kitab-Nya akan dikutuk oleh Allah, para malaikat, dan
seluruh manusia dan seluruh makhluk yang dapat mengutuk. Kemudian Allah
mengecualikan orang yang bertobat dan memperbaiki perbuatannya serta
menerangkan apa yang dahulu mereka sembunyikan. Allah akan menerima tobat dan
memaafkan mereka. Sebab memang sifat Allah Maha Pemberi dan Penerima tobat
serta Maha Pengasih.
Ayat
ini menunjukan, bahwa orang yang mengajak kepada kekafiran dan bid’ah, jika mau
bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Kecuali orang kafir yang mati
dalam kekafiran, maka mereka tetap dikutuk oleh Allah, malaikat dan seluruh
manusia bahkan kekal dalam siksa Allah.
Dengan
hadis ini dapat diambil kesimpulan, bahwa orang yang tidak suka kepada Allah
dan Rasulullah saw. Boleh dikutuk dan di laknat[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas
kita dapat menyimpulkan bahwa pentingnya seorang muslim yang mempunyain ilmu
untuk mengamalkannya agar ilmu yang dimili seseorang bisa bermanfaat bagi
dirinya maupun orang lain.
Jika seorang mengetahui
syariat Alloh, akan tetapi ia tidak mengamalkannya, maka orang seperti itu
bukanlah seorang yang fakih (memahami isi agamanya), sekalipun ia hafal dan
memahami isi kitab fikih paling besar diluar kepala. Ia hanya dinamakan seorang
qori saja. Orang fakih adalah orang
yang mengamalkan ilmunya.
Dan jika seseorang yang mempunyai tetapi tidak
mengamalkannya maka ilmu yang diperoleh akan mejadi sia-sia dan mendapat
ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya karena tidak bermaanfaat
baginya maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an
Al Karim dan terjemah
Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid 1.