Senin, 20 Maret 2017

Makalah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR @Mumajad97



PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
“Perkembangan Peserta Didik”
Dosen Pengampu:
Nila Zaimatus Septiana, M.Pd


Kelas B (semester 2)
Disusun Oleh:
Dewi Kholishotuz Zulfa         932116616
Ma’Ma Mumajad                    932135616
Muhammatyaki Phim              932137816

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nyasehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalahtentang Perkembangan dan Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar (Tahap Kanak-Kanak Akhir).
Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Keberhasilan kami dalam menyusun makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.      Ibu Nila Zaimatus Septiana selaku Dosen Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
2.      Orang Tua penulis yang telah memberi banyak dukungan moril maupun materiil.
3.      Teman-teman yang telah banyak membantu kami.
Di samping itu, kami menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kritik dan saran dari kami terima dengan tangan terbuka untuk penyempurnaan dalam pembuatan makalah kedepannya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca sekalian pada umumnya.
Kediri, 14 Februari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR           ................................................................................. ii
DAFTAR ISI  ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah   ..................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C.     Tujuan       ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sebutan Masa Kanak-Kanak Akhir          ............................................. 3
B.     Ciri-Ciri Masa Kanak-Kanak Akhir          ............................................. 3
C.     Aspek-Aspek Perkembangan Anak Masa Kanak-Kanak Akhir   ......... 4
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan           ............................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA






PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Setiap manusia yang hidup pasti akan melalui yang namanya pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan bisa dikatakan pertumbuhan ukuran yang irreversible, sedangkan perkembangan juga bisa dikatakan sebagai proses menuju kedewaasaan. Namun, pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia yang satu dengan manusia yang lainnya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda karena banyak faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.
Setiap individu yang normal pasti mengalami fase-fase perkembangan yang sistematis, yang mana fase-fase tersebut terdapat ciri-ciri khas masing-masing sesuai kemampuan berkembang yang telah terukur dari tiap-tiap fase. Adapun fase-fase tersebut antara lain: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua masa, yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak akhir.
Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa sekolah usia dasar, karena pada masa itu anak dituntut untuk memperoleh dasar-dasar ilmu pengetahuan. Namun, tidak hanya itu, anak pada masa ini, sangat beragam sifatnya karena masih dalam tahap penyesuaian terhadap lingkungan yang baru maupun individu lainnya. Oleh karena itu, setiap orang menyebut anak pada masa ini sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing.
Fase-fase dalam perkembangan mempunyai karakteristis masing-masing yang nantinya itu akan menjadi ciri khas tiap-tiap fase. Adapun ciri-ciri tersebut digunakan sebagai indikator sejauh mana anak tersebut berkembang.
Ketika anak mulai memasuki sekolah usia dasar, pasti pertama kalinyadia akan merasakan perasaan yang bermacam-macam dan tentunya juga akan mendapatkan pengalaman yang banyak. Hal yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru karena bertambah luasnya hubungan sosial. Dari proses penyesuaian tersebut pasti anak akan mengalami perkembangan.Dan perkembangan anak tentunya tentunya mencakup aspek-aspek tertentu, yakni aspek sosial, aspek bahasa, aspek intelektual, aspek keagamaan, aspek emosi, aspek moral, aspek motorik, dimana perkembangan pada aspek-aspek tersebut berbeda dengan tahap sbelumnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini akan membahas perkembangan anak tahap kanak-kanak akhir dengan fokus pembahasan sebagai berikut:
1.      Bagaimana sebutan untuk anak pada tahap kanak-kanak akhir?
2.      Bagaimana ciri-ciri anak tahap kanak-kanak akhir?
3.      Bagaimana aspek perkembangan anak tahap kanak-kanak akhir?

C.    Tujuan
Rumusan masalah sebagaimana telah disebutkan sebelumnya merupakan sarana untuk mengungkapkan tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Mengetahui sebutan untuk anak pada tahap kanak-kanak akhir.
2.      Mengetahui ciri-ciri anak pada tahap kanak-kanak akhir.
3.      Mengetahui aspek perkembangan anak pada tahap kanak-kanak akhir.




PEMBAHASAN

A.    Sebutan untuk Masa Kanak-Kanak Akhir
Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode, yaitu masa kanak-kanak awal, sekitar umur 2-6 tahun, dan masa kanak-kanak akhir, sekitar umur 6-12 tahun.[1] Hurlock menyatakan bahwa masa kanak-kanak akhir dimulai dari usia enam sampai tiga belas tahun, dan masa ini dipandang sebagai anak sekolah dasar.[2]
Masuk sekolah untuk pertama kalinya memberikan pengalaman baru yang menuntut anak mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sekolah sehingga mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku.Akhir masa kanak-kanak juga mempunyai banyak sebutan. Orang tua memberi sebutan late chilhood,usia bertengkar, dan usia kreatif. Guru memberi sebutan usia sekolah. Psikolog memberi sebutan usia berkelompok.[3]
Dikatakan late chilhood karena pada usia ini anak belum bisa rapi, sering ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya selalu berantakan. Dikatakan usia bertengkar karena anak-anak sering bertengkar, saling mencemooh, mengejek memaki, bahkan sampai serangan fisik. Dikatakan usia kreatif karena anak lebih tunduk pada kelompoknya dari pada orang tuanya maupun dirinya sendiri. Dikatakan usia sekolah karena anak-anak sudah saatnya sekolah untuk memperoleh dasar-dasar pengetahuan. Dikatakan usia berkelompok karena anak-anak ingin diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.

B.     Ciri-Ciri Masa Kanak-Kanak Akhir
Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu:
1.      Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar (6-9 tahun)
2.      Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar (10-13 tahun)
Adapun ciri-ciri anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut:
a.      Suka memuji diri sendiri.
b.      Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan tersebut dianggap tidak penting.
c.       Suka meremehkan orang lain.
d.      Ingin tahu, ingin belajar, realistis.
e.       Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
f.       Anak memandang bahwa nilai adalah alat ukur tingkat kepandaian atau prestasi dalam belajar.
g.      Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama deengan peraturannya sendiri.[4]

C.    Aspek-Aspek Perkembangan Anak Masa Kanak-Kanak Akhir
1.      Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (mebaca, menulis, dan menghitung).[5]
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif (berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional (dapat diterima akal).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka atau bilangan. Pada akhir masa ini, anak sudah memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya, dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, ataupun penilaiannya terhadap berbagai hal yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya.[6]
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka dari pihak guru seharusnya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau didengarnya, membuat karangan, menyusun laporan hasil diskusi.
2.      Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya sendiri, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai pembendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Pada masa ini, tingkat berpikir anak sudah lebih maju, jadi dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan baik, maka seorang anak akan bisa bersifat kritis dalam menanggapi sesuatu.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang disitu diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk:
a.       Berkomunikasi dengan orang lain.
b.      Menyatakan isi hatinya (perasaannya).
c.       Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya.
d.      Berpikir (menyatakan pendapat atau gagasan).
e.       Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan keyakinannya).[7]
3.      Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial yang dimaksud disini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral (agama). Dalam rangka untuk mengembangkan atau membangkitkan rasa sosial dapat dilakukan dengan usaha belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya terutama.[8]Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, yang dulunya hanya keluarga sekarang muncul ikatan baru dengan teman sebayanya (peer group) sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (memperdulikan kepentingan orang lain). Pada proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran.[9]
4.      Perkembangan Emosi
Memasuki usia sekolah, anak sadar bahwa emosi yang kasar sangatlah tidak diterima di masyarakat, karena itu diperlukan pengendalian dan pengontrolan emosi. Seorang anak memiliki kemampuan mengontrol emosi  melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses tersebut, peran orang tua dalam mengendalikan emosi sangat berpengaruh dan perlu diperhatikan. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang stabil emosinya, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil, begitu juga sebaliknya..
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Secara umum, emosi yang dialami pada tahap perkembangan usia sekolah dasar adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (senag, nikmat, bahagia). Emosi yang positif akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar dan emosi yang negatif akan menghambat individu dalam proses belajarnya. Melihat hal tersebut, maka seorang guru seharusnya dapat menciptakan situasi belajar yang kondusif, efektif, dan menyenangkan. Untuk mewujudkan situasi tersebut, dapat dilakukan upaya-upaya berikut ini:
a.       Menghindari situasi kelas yang menegangkan, seperti guru yang judes.
b.      Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki harga diri, seperti menghargai pendapatnya.
c.       Memberikan nilai secara objektif.
d.      Menghargai hasil karya peserta didik.[10]
5.      Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (baik-buruk atau benar-salah) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini diharuskan, karena informasi tentang moral yang diterima anak akan menjadi pedoman tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti tuntutan orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu, anak juga sudah dapat mengasosiasikan setiap perilakunya dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
6.      Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Perasaan yang menyertai individu ketika menghayati hubungannya dengan Tuhannya disebut perasaan keagamaan. Sejak kecil anak-anak telah dibiasakan hidup dalam suasana ketuhanan, tetapi mereka sendiri belum mampu menentukan sikapnya terhadap nilai-nilai keagamaan, mereka hanya meniru dan menyesuaikan diri dengan pandangan hidup orang tuanya. Dalam masa sekolah, perasaan keagamaan masih dalam proses perkembangan.[11] Perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Sikap keagamaan disertai penghayatan atau pengertian.
b.      Pandangan dan paham ketuhanan diperoleh secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c.       Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam.
d.      Pelaksanaan kegiatan ritual merupakan sebuah keharusan moral.[12]
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak dipengaruhi oleh proses pendidikan yang diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan agama di sekolah dasar harus diperhatikan karena mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan kualitas keagamaan seorang anak.
Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama di sekolah dasar adalah sebagai dasar pembinaan sikap positif terhadap agama dan membentuk pribadi sekaligus akhlak anak. Dengan begitu, pada masa remaja, seorang anak dapat dengan mudah mengembangkan sikap yang positif dan sudah memiliki pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai goncangan yang lazimnya terjadi pada masa-masa remaja.
Pemberian materi agama terhadap peserta didik sangat besar manfaatnya. Disamping mengembangkan pemahamannya tentang agama, juga memberikan latihan atau pembiasaan keagamaan yang menyangkut ibadah kepada Allah SWT. Selain itu, terdapat manfaat lain, yaitu pembiasaan melakukan ibadah sosial yakni akhlak terhadap sesama manusia.
7.      Perkembangan Motorik (Fisik)
Perkembangan motorik (fisik) pada masa ini ditandai dengam aktivitas motorik yang lincah (kelebihan gerak). Oleh karena itu, masa ini adalah masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, membaca, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenang, main bola, dan atletik.[13]
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam hal pengetahuan ataupun keterampilan. Jadi, bisa dikatakan bahwa perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan peserta didik dalam belajar. Pada masa usia sekolah dasar, kematangan perkembangan motorik umumnya dicapai, karena itu peserta didik siap menerima pelajaran keterampilan.
Sesuai dengan perkembangan fisik, permulaan yang tepat diajarkan sebagai berikut:
a.       Dasar-dasar keterampilan menulis dan menggambar.
b.      Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olahraga.
c.       Gerakan-gerakan meloncat, berlari, berenang.
d.      Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban, dan kedisiplinan.[14]



PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Sebutan untuk anak-anak pada masa kanak-kanak akhir ada banyak berdasarkan sudut pandat yang berbeda. Orang tua memberi sebutan late chilhood, usia bertengkar, dan usia kreatif. Guru atau pendidik memberi sebutan masa sekolah. Psikolog memberi sebutan usia berkelompok.
2.      Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu masa kelas-kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Adapun ciri-ciri anak pada masa ini diantaranya sebagai berikut:
a.       Suka memuji diri sendiri.
b.      Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan tersebut dianggap tidak penting.
c.       Suka meremehkan orang lain.
d.      Ingin tahu, ingin belajar, realistis.
e.       Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
f.       Anak memandang bahwa nilai adalah alat ukur tingkat kepandaian atau prestasi dalam belajar.
g.      Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama deengan peraturannya sendiri.
3.      Aspek-aspek dalam perkembangan anak masa kanak-kanak akhir meliputi aspek intelektual, aspek bahasa, aspek sosial, aspek emosi, aspek moral, aspek keagamaan, aspek motorik (fisik), yang masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.


[1] Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 37.
[2] Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik (Medan: Perdana Publishing, 2012), 17.
[3] Rumini, Perkembangan, 39.
[4] Rita Eka Izzati, Perkembangan Peserta Didik (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press, 2007), 127.
[5] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 178.
[6] Yusuf, Psikologi, 179.
[7] Ibid., 180.
[8] Zulkifli L., Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 61.
[9] Yusuf, Psikologi, 181.
[10] Ibid., 182.
[11] Zulkifli, Psikologi,  60.
[12] Yusuf, Psikologi, 183.
[13] Ibid., 184.
[14] Ibid.



DAFTAR PUSTAKA
                                                                         
Izzati, Rita Eka. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press, 2007.
L., Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Rumini, Sri. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Sit, Masganti. Perkembangan Peserta  Didik. Medan: Perdana Publishing, 2012.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Jurnal yang benar dan Baik By: Mumajad El Basyir

Nama : MA’MA MUMAJAD NIM : 932135616 Mata kuliah : Pengembangan Pendidikan Nonformal/Informal Keagamaan. Instansi.         : Instit...