PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA
SEKOLAH DASAR
Disusun
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
“Perkembangan
Peserta Didik”
Dosen
Pengampu:
Nila
Zaimatus Septiana, M.Pd
Kelas
B (semester 2)
Disusun
Oleh:
Dewi
Kholishotuz Zulfa 932116616
Muhammatyaki
Phim 932137816
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
KEDIRI
2017
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nyasehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalahtentang Perkembangan
dan Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar (Tahap Kanak-Kanak
Akhir).
Sholawat
beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
terang benderang yakni agama islam.
Keberhasilan
kami dalam menyusun makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu, tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Nila
Zaimatus Septiana selaku Dosen Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Orang
Tua penulis yang telah memberi banyak dukungan moril maupun materiil.
3. Teman-teman
yang telah banyak membantu kami.
Di
samping itu, kami menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini, maka dari
itu kritik dan saran dari kami terima dengan tangan terbuka untuk penyempurnaan
dalam pembuatan makalah kedepannya.
Akhir
kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca sekalian pada umumnya.
Kediri,
14 Februari 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................
ii
DAFTAR
ISI .......................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah .....................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah .................................................................................
2
C.
Tujuan .............................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Sebutan
Masa Kanak-Kanak Akhir .............................................
3
B.
Ciri-Ciri
Masa Kanak-Kanak Akhir .............................................
3
C.
Aspek-Aspek
Perkembangan Anak Masa Kanak-Kanak Akhir .........
4
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ...............................................................................
10
DAFTAR
PUSTAKA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap manusia yang hidup pasti akan
melalui yang namanya pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan bisa dikatakan
pertumbuhan ukuran yang irreversible, sedangkan perkembangan juga bisa
dikatakan sebagai proses menuju kedewaasaan. Namun, pertumbuhan dan
perkembangan setiap manusia yang satu dengan manusia yang lainnya terjadi pada
waktu dan tempo yang berbeda karena banyak faktor, baik itu faktor internal
maupun faktor eksternal.
Setiap individu yang normal pasti
mengalami fase-fase perkembangan yang sistematis, yang mana fase-fase tersebut terdapat
ciri-ciri khas masing-masing sesuai kemampuan berkembang yang telah terukur
dari tiap-tiap fase. Adapun fase-fase tersebut antara lain: masa bayi, masa
kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Masa kanak-kanak dibagi
menjadi dua masa, yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak akhir.
Masa kanak-kanak akhir sering
disebut sebagai masa sekolah usia dasar, karena pada masa itu anak dituntut
untuk memperoleh dasar-dasar ilmu pengetahuan. Namun, tidak hanya itu, anak
pada masa ini, sangat beragam sifatnya karena masih dalam tahap penyesuaian
terhadap lingkungan yang baru maupun individu lainnya. Oleh karena itu, setiap
orang menyebut anak pada masa ini sesuai dengan sudut pandang mereka
masing-masing.
Fase-fase dalam perkembangan
mempunyai karakteristis masing-masing yang nantinya itu akan menjadi ciri khas
tiap-tiap fase. Adapun ciri-ciri tersebut digunakan sebagai indikator sejauh
mana anak tersebut berkembang.
Ketika anak mulai memasuki sekolah
usia dasar, pasti pertama kalinyadia akan merasakan perasaan yang
bermacam-macam dan tentunya juga akan mendapatkan pengalaman yang banyak. Hal
yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru karena bertambah
luasnya hubungan sosial. Dari proses penyesuaian tersebut pasti anak akan
mengalami perkembangan.Dan perkembangan anak tentunya tentunya mencakup
aspek-aspek tertentu, yakni aspek sosial, aspek bahasa, aspek intelektual,
aspek keagamaan, aspek emosi, aspek moral, aspek motorik, dimana perkembangan
pada aspek-aspek tersebut berbeda dengan tahap sbelumnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
makalah ini akan membahas perkembangan anak tahap kanak-kanak akhir dengan
fokus pembahasan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
sebutan untuk anak pada tahap kanak-kanak akhir?
2.
Bagaimana
ciri-ciri anak tahap kanak-kanak akhir?
3.
Bagaimana
aspek perkembangan anak tahap kanak-kanak akhir?
C.
Tujuan
Rumusan
masalah sebagaimana telah disebutkan sebelumnya merupakan sarana untuk
mengungkapkan tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui sebutan untuk anak pada tahap
kanak-kanak akhir.
2. Mengetahui ciri-ciri anak pada tahap
kanak-kanak akhir.
3. Mengetahui aspek perkembangan anak pada
tahap kanak-kanak akhir.
PEMBAHASAN
A.
Sebutan untuk Masa Kanak-Kanak Akhir
Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode, yaitu masa kanak-kanak
awal, sekitar umur 2-6 tahun, dan masa kanak-kanak akhir, sekitar umur 6-12
tahun.[1]
Hurlock menyatakan bahwa masa kanak-kanak akhir dimulai dari usia enam sampai
tiga belas tahun, dan masa ini dipandang sebagai anak sekolah dasar.[2]
Masuk sekolah untuk pertama kalinya memberikan pengalaman baru yang
menuntut anak mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sekolah sehingga
mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku.Akhir masa kanak-kanak
juga mempunyai banyak sebutan. Orang tua memberi sebutan late chilhood,usia
bertengkar, dan usia kreatif. Guru memberi sebutan usia sekolah. Psikolog
memberi sebutan usia berkelompok.[3]
Dikatakan late chilhood karena pada usia ini anak belum bisa rapi,
sering ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya selalu berantakan. Dikatakan usia
bertengkar karena anak-anak sering bertengkar, saling mencemooh, mengejek
memaki, bahkan sampai serangan fisik. Dikatakan usia kreatif karena anak lebih
tunduk pada kelompoknya dari pada orang tuanya maupun dirinya sendiri.
Dikatakan usia sekolah karena anak-anak sudah saatnya sekolah untuk memperoleh
dasar-dasar pengetahuan. Dikatakan usia berkelompok karena anak-anak ingin
diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
B.
Ciri-Ciri Masa Kanak-Kanak Akhir
Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu:
1.
Masa
kelas-kelas rendah sekolah dasar (6-9 tahun)
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar (10-13 tahun)
Adapun
ciri-ciri anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut:
b.
Kalau
tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan
tersebut dianggap tidak penting.
c.
Suka
meremehkan orang lain.
d.
Ingin
tahu, ingin belajar, realistis.
e.
Timbul
minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
f.
Anak
memandang bahwa nilai adalah alat ukur tingkat kepandaian atau prestasi dalam
belajar.
g.
Anak
suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama deengan peraturannya
sendiri.[4]
C.
Aspek-Aspek Perkembangan Anak Masa Kanak-Kanak Akhir
1. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan
intelektual atau kemampuan kognitif (mebaca, menulis, dan menghitung).[5]
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif (berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah
berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional (dapat diterima akal).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru,
yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka atau bilangan. Pada akhir masa ini, anak sudah
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya
nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya, dengan melatih anak untuk
mengungkapkan pendapat, gagasan, ataupun penilaiannya terhadap berbagai hal
yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya.[6]
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka dari pihak guru
seharusnya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan,
memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya
atau didengarnya, membuat karangan, menyusun laporan hasil diskusi.
2.
Perkembangan
Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dengan
bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya sendiri, sesamanya, alam sekitar,
ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan
mengenal dan menguasai pembendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa
ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12
tahun) dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Pada masa ini, tingkat berpikir
anak sudah lebih maju, jadi dengan dikuasainya keterampilan membaca dan
berkomunikasi dengan baik, maka seorang anak akan bisa bersifat kritis dalam
menanggapi sesuatu.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang disitu diharapkan
peserta didik dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk:
a.
Berkomunikasi
dengan orang lain.
b.
Menyatakan
isi hatinya (perasaannya).
c.
Memahami
keterampilan mengolah informasi yang diterimanya.
d.
Berpikir
(menyatakan pendapat atau gagasan).
e.
Mengembangkan
kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan keyakinannya).[7]
3.
Perkembangan
Sosial
Perkembangan sosial yang dimaksud disini adalah pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri
dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral (agama). Dalam rangka untuk
mengembangkan atau membangkitkan rasa sosial dapat dilakukan dengan usaha
belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya terutama.[8]Perkembangan
sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
yang dulunya hanya keluarga sekarang muncul ikatan baru dengan teman sebayanya
(peer group) sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah
luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri
kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris
(memperdulikan kepentingan orang lain). Pada proses belajar di sekolah,
kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan dengan memberikan
tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang
membutuhkan pikiran.[9]
4.
Perkembangan
Emosi
Memasuki usia sekolah, anak sadar bahwa emosi yang kasar sangatlah
tidak diterima di masyarakat, karena itu diperlukan pengendalian dan
pengontrolan emosi. Seorang anak memiliki kemampuan mengontrol emosi melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
Dalam proses tersebut, peran orang tua dalam mengendalikan emosi sangat
berpengaruh dan perlu diperhatikan. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang stabil emosinya, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil,
begitu juga sebaliknya..
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Secara umum, emosi yang
dialami pada tahap perkembangan usia sekolah dasar adalah marah, takut,
cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (senag, nikmat,
bahagia). Emosi yang positif akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan
dirinya terhadap aktivitas belajar dan emosi yang negatif akan menghambat
individu dalam proses belajarnya. Melihat hal tersebut, maka seorang guru
seharusnya dapat menciptakan situasi belajar yang kondusif, efektif, dan
menyenangkan. Untuk mewujudkan situasi tersebut, dapat dilakukan upaya-upaya
berikut ini:
a.
Menghindari
situasi kelas yang menegangkan, seperti guru yang judes.
b.
Memperlakukan
peserta didik sebagai individu yang memiliki harga diri, seperti menghargai
pendapatnya.
c.
Memberikan
nilai secara objektif.
d.
Menghargai
hasil karya peserta didik.[10]
5.
Perkembangan
Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (baik-buruk atau benar-salah)
pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini
diharuskan, karena informasi tentang moral yang diterima anak akan menjadi
pedoman tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti tuntutan orang
tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu, anak juga sudah dapat
mengasosiasikan setiap perilakunya dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
6.
Perkembangan
Penghayatan Keagamaan
Perasaan yang menyertai individu
ketika menghayati hubungannya dengan Tuhannya disebut perasaan keagamaan. Sejak
kecil anak-anak telah dibiasakan hidup dalam suasana ketuhanan, tetapi mereka
sendiri belum mampu menentukan sikapnya terhadap nilai-nilai keagamaan, mereka
hanya meniru dan menyesuaikan diri dengan pandangan hidup orang tuanya. Dalam
masa sekolah, perasaan keagamaan masih dalam proses perkembangan.[11] Perkembangan
penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Sikap
keagamaan disertai penghayatan atau pengertian.
b.
Pandangan
dan paham ketuhanan diperoleh secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika
yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari
keagungan-Nya.
c.
Penghayatan
secara rohaniah semakin mendalam.
d.
Pelaksanaan
kegiatan ritual merupakan sebuah keharusan moral.[12]
Periode usia sekolah dasar merupakan
masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.
Kualitas keagamaan anak dipengaruhi oleh proses pendidikan yang diterimanya. Oleh
karena itu, pendidikan agama di sekolah dasar harus diperhatikan karena
mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan kualitas keagamaan seorang
anak.
Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama di sekolah dasar adalah
sebagai dasar pembinaan sikap positif terhadap agama dan membentuk pribadi
sekaligus akhlak anak. Dengan begitu, pada masa remaja, seorang anak dapat
dengan mudah mengembangkan sikap yang positif dan sudah memiliki pegangan atau
bekal dalam menghadapi berbagai goncangan yang lazimnya terjadi pada masa-masa
remaja.
Pemberian materi agama terhadap peserta didik sangat besar
manfaatnya. Disamping mengembangkan pemahamannya tentang agama, juga memberikan
latihan atau pembiasaan keagamaan yang menyangkut ibadah kepada Allah SWT.
Selain itu, terdapat manfaat lain, yaitu pembiasaan melakukan ibadah sosial
yakni akhlak terhadap sesama manusia.
7.
Perkembangan
Motorik (Fisik)
Perkembangan motorik (fisik) pada masa ini ditandai dengam
aktivitas motorik yang lincah (kelebihan gerak). Oleh karena itu, masa ini
adalah masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan
motorik, seperti menulis, membaca, menggambar, melukis, mengetik (komputer),
berenang, main bola, dan atletik.[13]
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu
kelancaran proses belajar, baik dalam hal pengetahuan ataupun keterampilan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan
peserta didik dalam belajar. Pada masa usia sekolah dasar, kematangan
perkembangan motorik umumnya dicapai, karena itu peserta didik siap menerima
pelajaran keterampilan.
Sesuai dengan perkembangan fisik, permulaan yang tepat diajarkan
sebagai berikut:
a. Dasar-dasar keterampilan menulis dan menggambar.
b. Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olahraga.
c. Gerakan-gerakan meloncat, berlari, berenang.
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan,
ketertiban, dan kedisiplinan.[14]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Sebutan
untuk anak-anak pada masa kanak-kanak akhir ada banyak berdasarkan sudut pandat
yang berbeda. Orang tua memberi sebutan late chilhood, usia bertengkar, dan
usia kreatif. Guru atau pendidik memberi sebutan masa sekolah. Psikolog memberi
sebutan usia berkelompok.
2.
Masa
kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu masa kelas-kelas rendah
sekolah dasar dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Adapun ciri-ciri anak
pada masa ini diantaranya sebagai berikut:
a.
Suka
memuji diri sendiri.
b.
Kalau
tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan
tersebut dianggap tidak penting.
c.
Suka
meremehkan orang lain.
d.
Ingin
tahu, ingin belajar, realistis.
e.
Timbul
minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
f.
Anak
memandang bahwa nilai adalah alat ukur tingkat kepandaian atau prestasi dalam
belajar.
g.
Anak
suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama deengan peraturannya
sendiri.
3.
Aspek-aspek
dalam perkembangan anak masa kanak-kanak akhir meliputi aspek intelektual,
aspek bahasa, aspek sosial, aspek emosi, aspek moral, aspek keagamaan, aspek
motorik (fisik), yang masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
[1] Sri Rumini
& Siti Sundari, Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), 37.
[2] Masganti Sit, Perkembangan
Peserta Didik (Medan: Perdana Publishing, 2012), 17.
[3] Rumini, Perkembangan,
39.
[4] Rita Eka
Izzati, Perkembangan Peserta Didik (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta Press, 2007), 127.
[5] Syamsu Yusuf, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 178.
[6] Yusuf, Psikologi,
179.
[7] Ibid., 180.
[8] Zulkifli L., Psikologi
Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 61.
[9] Yusuf, Psikologi,
181.
[10] Ibid., 182.
[11] Zulkifli, Psikologi, 60.
[12] Yusuf, Psikologi,
183.
[13] Ibid., 184.
[14] Ibid.
DAFTAR PUSTAKA
Izzati, Rita
Eka. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta Press, 2007.
L., Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Rumini, Sri. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka
Cipta, 2004.
Sit, Masganti. Perkembangan
Peserta Didik. Medan: Perdana
Publishing, 2012.
Yusuf,
Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar