Senin, 20 Maret 2017

Sejarah munculnya kaum syi’ah dan sekte-sektenya by: mumajad



Sejarah munculnya kaum syi’ah dan sekte-sektenya
DisusunUntukMemenuhi Salah SatuTugasPada Mata Kuliah
 “Teologi Islam”

DosenPengampu:
Dr.H. Ilham Thohari, SH. M.HI.




DisusunOleh :
Ma’maMumajad        :  932135616
Mutoharoh                : 932135716
 M. SulqiMubarok         :  932140716

JURUSAN                        : TARBIYAH
PROGRAM STUDI         : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan islam timbullah aliran-aliran ilmu kalam pertama kali banyak berlatar belakang politik. Akan tetapi, persoalan politik meningkat menjadi persoalan teologi / ilmu kalam. Masalah politik yang muncul dikalangan muslim ini ialah persoalan siapakah yang akan menggantikan nabi Muhammad dalam kedudukannya sebagai khalifah karena beliau tidak pernah menunjuk dan tidak menjelaskan cara-cara pemilihannya.
            Dari beberapa golongan tidak mau menerima putusan perdamaian yang menimbulkan perpecahan dikalangan mereka sehingga melahirkan aliran-aliran politik yang diantaranya aliran syi’ah. Aliran ini merupakan golongan umat islam yang memberikan kedudukan istimewa terhadap keturunan Nabi Muhammad keluarga dekat Nabi (Ahlul Bait). Maka disusunlah makalah ini untuk mengetahui lebih jelasnya tentang asal usul aliran syi’ah pokok ajaran dan sekte-sektenya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian aliran Syi’ah?
2.      Apa faham dan pokok-pokok ajaran syi’ah?
3.      Apa sekte, tokoh dan ajaran-ajarannya?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian aliran syi’ah
2.      Untuk mengetahui faham dan pokok-pokok ajaran syi’ah
3.      Untuk mengetahui sekte, tokoh dan ajaran-ajarannya



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Aliran Syi’ah
Kata syi’ah menurut Ibnu Khaldun berarti “as Shahbu wal ittibaa’u” yang artinya pengikut atau partai. Menurut istilah yaitu suatu jama’ah atau golongan umat islam yang memberikan kedudukan istimewa terhadap keturunan nabi Muhammad dan menempatkan Ali bin Abi Tholib serta Ahlul Bait, pada derajat yang lebih utama dari pada sahabat nabi yang lainnya, mereka mencintai Ali dan keturunannya dengan penuh hati dengan disertai sikap dan tindakan nyata.
Syi’ah adalah mazhab politik yang pertama kali lahir dalam islam, mazhab ini tampil pada akhir masa pemerintahan ‘Utsman yang tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Saat nabi Muhammad selesai menunaikan tugas risalah islam hampir selama 23 tahun, beliau wafat hari Senin 12 Rabi’ul Awal  11 Hijriyah bertepatan dengan 8 Juni 632 M.[1]Setiap Ali berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat, kekuatan beragama dan ilmunya. Ketika keturan Ali yang sekaligus keturunan Rasululloh mendapat perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa dinasti Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka memandang Ahlul Bait ini sebagai korban kezaliman. Dengan demikian, semakin meluaslah daerah madzhab Syi’ah dan pendukungnya semakin banyak.[2]
Saatnabimeninggal, parasahabatdarikalanganMuhajirindanAnsorberkempul di SaqifahBaniSa’idahuntukbermusyawarahtentangkhalifah. GolonganansormenghendakiSa’ad bin Ubadahsebagaikhalifah. Usultersebuttidakdapatditerimaolehgolonganmuhajirin, makaterjadilahperdebatan-perdebatan yang cukupsengit, sehingga hamper menimbulkanperpecahan.SedangkangolonganMuhajirinmencalonkan Abu Bakar as sidiq.Syaidina Ali tersebutpadasaatitutidakhadir di balaiSaqifahBaniSa’idahkarenasibukmengurusijenazahRasululloh yang belum di makamkan.Waktuitutidakadapihak yang menyebut-nyebutSyaidina Ali sebagaicalonkhalifah. Untuk mengakhiri perdebatan maka sahabat Umar bin khattab tampil, membaiat Abu Bakar sebagai khalifah pertama.[3]
Khalifah Abu Bakar memerintah selama 2 tahun 3 bulan 10 hari (11-13 H/632-634M ).beliau meninggal pada 13 H.saat ia sakit-sakitan, ia mengusulkan Saiyyidina Umar bin Khattab sebagai calon khalifah kedua.
Khalifah umar pernah ke Baitul Maqdis ( 8H/639 M) untuk menyaksikan penyerahan kota dari kerajaan Romawi timur. Sebagai pengganti sementara beliau menunjuk Saiyyidina Ali sebagai penguasa kota Madina.
Saidina Umar berkuasa selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H/ 634-644 M). Dia meninggal pada 16 Dzul Qod’ah dibunuh oleh Abu Lu’lu seorang sahaya dari Persia yang amat dendam melihat kerajaan Persia di taklukkan (16 H/636 M). Panitia akhirnya memilih Saiyidina Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga yang memerintah selama 13 tahun kurang sehari (23-35 H/656 M) yang meninggal dibunuh para pemberontak yang terkena hasutan dari Abdullah bin Saba’.

B.     Faham dan Pokok Ajaran Syi’ah
Faham aliran syi’ah mulai timbul setelah Nabi Muhammad wafat yaitu mulai adanya pemikiran dan faham segolongan kaum muslimin yang menyatakan bahwa keluarga nabi adalah yang paling berhak menggantikan beliau sebagai imam atau khalifah.Oleh karena itu Ali merupakan keluarga yang lebih utama derajatnya dari yang lain, maka dialah yang berhak menggantikan nabi. Jadi timbullah aliran syi’ah yang jelas karena sebab politik. Tapi gerakan yang bersifat politik ini dalam perkembangan sejarahnya akhirnya mengarah kepada suatu ajaran teologi / ilmu kalam. Aliran syi’ah sebagai gerakan yang bersifat politik, didukung oleh para sahabat diantaranya: Jabir bin Abdillah, Hudzaifah bin Yaman, Salman Al Farizi, Abu Dzar Al Ghifari, Ammar bin Yasir dan Abdullah bin Mas’ud. Adapun kegiatan politiknya baru nampak setelah 6 tahun dari masa pemerintahan Usman bin Affan dimana muncul golongan yang pro dan kontra.
Menurut faham ini bahwa Ali lah yang berhak yang menjadi khalifah karena hal itu, sudah ketentuan dari Allah. Dinyatakan bahwa Usman telah merampas hak itu dengan kekerasan. Propoganda Abdullah bin Sabak termakan oleh segolongan umat islam yang menambah kebencian mereka kepada Usman, yang akhirnya mereka menyerbu Madina sehingga mengakibatkan terbunuhnya Usman pada tahun 35 H (636 M) kemudian mengangkat Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah.
Dengan demikian pendukung-pendukung Ali disamping Ahlul Bait, Syi’ah Alawiyah yang asli dari keluarga nabi, juga dari pengikut Abdullah bin Saba’ penduduk Kufah dan Basrah bekas-bekas penganut agama Majusi Persia atau Irak.
Adapun pokok ajaran Syi’ah dapat disimpulkan dalam tiga pokok faham, yaitu:
1.      Yang menuntut agar hak untuk menjabat khalifah atau dalam istilah mereka masyhur yaitu hak untuk menjadi imam yaitu pemimpin masyarakat, baik dalam urusan agama atau politik, harus jadi hak waris bagi keluarga Nabi (yaitu Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya).
2.      Dan syah imam / khalifah itu syah hanya apabila mendapat nash atau diangkat oleh nabi sendiri dan kemudian oleh imam sesudah beliau secara berurutan, berdasarkan nas dan wishaya (wasiat) dari imam sebelumnya. Syiah menganut hak legitimasi berdasarkan hak suci Tuhan .
3.      Dan bahwa tiap-tiap imam yang telah diangkat oleh imam sebelumnya itu adalah maksum, terpeliharadari dosa serta menerima anugerah keistimewaan yang berujud ilmu gaib,mukjizat-mukjizat dan kesaktian. Berarti menjadi orang suci yang mengatasi segala manusia ini.

C.    Sekte, Tokoh dan Ajaran-ajarannya
Aliran Syi’ah ini dalam perkembangan sejarah selanjutnya telah terpecah belah menjadi beberapa sekte (aliran-aliran kecil) yang dasar-dasar perselisihan antara mereka dalam dua hal:
a.       Perbedaan dalam sendi-sendi ajaran mereka, sebagian mereka ada yang sangat keras (ekstrim) dan melampaui batas, sehingga berani mengkafirkan semua orang yang berfaham yang bertentangan dengan mereka. Sebagian lagi ada yang bersifat moderat, tidak begitu keras dan tidak batas. Golongan yang keras misalnya Imamiyah, sedangkan yang moderat Zaidiah.
b.      Terjadi perselisihan dalam menentukan imam mereka. Misalnya sesudah wafat Musa ini ada segolongan yang memandang jabatan keimanan jatuh pada Ali bin Husain (Zainal Abidin), sedang segolongan memandang hak keimanan berpindah pada Muhammad bin Husain.
Dari sekian sekte yang masih tanpak hidup mempunyai pengikut sampai sekarang adalah:
a.       Al Imamiya
Disebut pula Al-Isna Asyariyah atau Rafidhah. Dinamakan Imamiyah disebabkan masalah keimaman atau khalifah yang jadi pusat ajaran mereka. Pokok-pokok ajarannya:
1.      Bahwa Ali bin Abi Tholiblah satu-satunya Khalifah atau imam yang yang sah sesudah Nabi, yang disahkan oleh nabi sendiri dengan nash yang jelas. Nabi sendiri yang menentukan calon penggantinya dengan tegas-tegas menyebut nama Ali melalui wasiat. Bahwa wasiat disampaikan oleh nabi di suatu tempat bernama Ghadir Khum yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Oleh karena itu mereka bersikap ekstrim tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab, dan karena menolak kekalifahan beliau juga memandang keduanya sebagai pengkhianat perampas hak Ali, maka mereka disebut pula golongan “Rafidhah”.
2.      Mereka mengajarkan adanya “dua belas imam” berurutan satu sama lain dari keturunan Ali dengan Fatimah, maka mereka disebut pula golongan “Keduabelasan” atau “Al Misma’ Asyariyah”.
3.      Mereka mengajarkan adanya “Kemaksuman, Kemahdian, dan akan datangnya kembali imam yang terakhir (kepercayaan Raj’ah) dan Taqihah”.
a.       Maksum artinya tiap-tiap imam itu mereka dianggap terpelihara (kekal) dari dosa sejak dilahirkannya.
b.      Al-Mahdi artinya lughawi (mendapat petunjuk). Menurut istilah golongan Syi’ah, Imam Mahdi adalah imam yang ghaib, yang ditunggu-tunggu kedatangannya dan akan memerintah di dunia ini dengan keadilan. Dan imam kedua belaslah Imam Mahdi ini.
Penggunaan istilah al Muhdi dengan arti diatas menurut Ahmad Amin mula-mula adalah dari sekte Kaisaniah yaitu cabang aliran Syi’ah yang berasal dari faham Laisan, Maula Ali bin Abi Thalib yang memandang bahwa keimanan itu pindah dari Husain ke Muhammad bin Hanafiah yaitu putera Ali dari isteri keluarga Hanafia. 
Ibnu Hanafiah ini meninggal tahun 81 H dan dimakamkan di  Baqi’. Namun Keisan memandang bahwa ibnu Hanafiah sesungguhnya tidah meninggal. Tetapi dia jadi ghaib (menghilang) dan bertahta di bukit Radlwa yaitu suatu bukit dekat Madinah dan imam     ini nanti akan kembali lagi serta berkuasa dan menciptakan keadilan di bumi ini.
4.      Ar Raj’ah
Rapat hubunganya dengan faham Al Mahdi al Muntadhar diatas adalah kepercayaan Raj’ah yaitu banyak diantara penganut-penganut Syi’ah Imamiyah yang beri’tikad bahwa Nabi saw. Ali, Hasan Husain dan semua imam selebihnya beserta musuh-musuh mereka dahulu, seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Muawiyyah, Yazid dan sebagainya, akan kembali hidup lagi kedunia ini sewaktu pemerintah Imam Mahdi dan lawan imam-imam diatas akan diadili, akan dihukum disebabkan telah khianat pada imam-imam mereka. Kemudian mereka akan meninggal semuanya dan hidup lagi pada hari kebangkitan. Dalam hal ini Syarif Murtadla mengatakan bahwa: “Bahwa Abu Bakar dan Umar akan disalib di atas tiang pemancang pada zaman kekuasaan Imam Mahdi ini.”
5.      At Taqiyah
Yaitu keharusan untuk menyembunyikan faham ke Syi’ah hanya mereka disebabkan takut terhadap jiwa harta dan segala miliknya, dari perampasan dan penindasan pemerintah / penguasa mereka. Dan akhirnya, taqiyah ini menjadi rukun agama dalam kalangan Syi’ah, sebagaimana diriwayatkan Abu Abdillah bahwa beliau mengutamakan “sembilan persepuluh agama dilakukan secara taqiyah, dan tak ada agama bagi orang yang tak melakukan taqiyah. Dan taqiyah itu berlaku dalam segala urusan.”
Sekte Syi’ah Imamiyah atau Isna ‘Asyariyah ini adalah sekte terbesar dari aliran Syi’ah dan pernah menjadi madzhab resmi negara selama pemerintahan keluarga kerajaan Ash Shafariyyah yang berkuasa di Persia sejak tahun 907-1148 H dan hingga dewasa ini tetap berpengaruh disana. Di Persia jumlah penganutnya sekarang mencapai kurang lebih 7 milyar dan Irak kurang lebih 2 milyar sedangkan di India kurang lebih 5 milyar.
Sekte Imamiyah adalah aliran induk bagi cabang-cabang Syi’ah yang mengimani adanya dua belas imam-imam. Imam pertama adalah Ali bin Abi Thalib. Imam kedua adalah Hasan yang mati diracun Mu’awiyah sesudah melepaskan haknya sebagai imam dengan suapannya. Imam ketiga adalah yang dibunuh oleh tentara Yazid di Karbala. Imam keempat adalah Ali (putera Husain dengan puteri Iran) yang terkenal dengan julukan Zain Al Abidin (perhiasan orang-orang yamg suka beribadah) disebabkan tekunnya beribadah. Beliau wafat tahun 95 H (713 M). Imam kelima Muhammad al Bakir, yang hidup hingga tahun 114 H, dan kemudian diganti anaknya Ja’far as Shadiq. Masa ini menjadi peralihan kekuasaan ketangan Bani Abbas, yang bersikap meluhurkan kaum Sunni dan menghargai ilmu-ilmu pengetahuan. Imam Ja’far as Shadiq mendapat udara baru untuk memperdalam ilmu dan mengajar pengikut-pengikut beliau dan membangkitkan perhatian mereka terhadap Syari’ah. Ulama-ulama penganutnya mencatat ajaran-ajaran Ja’far dan mereka itu disebut kaum Syi’ah Ja’far. Imam Ja’far wafat tahun 148 H (756 M) dan diganti anaknya Musa sebagai imam ketujuh.
            Kekuasaan Bani Abas menjadi benar-benar  kokoh dan khalifah kemudian dijadikan hak warisan (turun temurun) oleh Harun Al Rosyid) yang ditentang oleh kaum Syi’ah dibawah pimpinan Musa yang mengakibatkan beliau ditangkap dan dipenjara bertahun-tahun hingga wafat pada tahun 183 M dimakamkan di Kazimin dekat Baghdad.
            Imam kedelapan adalah Ali al Ridlo yang amat dihormati oleh Kholifah Makmun. Tetapi disebabkan kekuasaan Syi’ah makin besar, maka kemudian Makmun khawatir dan imam Ali al Ridlo diracun hingga meninggal dan dimakamkan di Meshed tahun 203 H (818 M).
            Imam kesembilan ialah Muhammad al Jawad yang baru berusia 8 tahun. Beliau wafat pada tahun 220 H dan dimakamkan di Kazimain.
            Imam kesepuluh bernama Ali al Hadi yang menjadi imam sewaktu masih berusia 8 tahun dan akhirnya dibunuh di Irak pada tahun 254 H (868 M).
Imam kesebelas adalah Hasan al Askari. Ia dibunuh pada tahun 260 H (873 M) dimakamkan di Somara dekat Baghdad.
            Putera Muhammad lalu jadi imam kedua belas, lahir tahun 255 H (869 M) yang kemudian pergi dan menghilang disebabkan takut akan dibunuh khalifah yang berkuasa. Imam ini kemudian dianggap imam terakhir dan tetap hidup tetapi tidak nampak dan nanti tidak akan muncul lagi kedunia membawa keadilan. Maka imam ini disebut imam Mahdi al Muntadhar (yang dinanti-nantikan kedatangannya ke dunia).
b.      Zaidiniah
Tokohnya ialah Zaid bin Abidin) bin Husain. Dia mengajarkan bahwa:
1.   Imam-imam itu terbatas harus dari anak cucu Ali dengan Fatimah dantidakmembenarkanadanya imam dariputera Ali yang bukandari Fatimah seperti Muhammad bin Hanafiah
2.   Nabimenetapkansyarat-syaratuntukmenjadikhalifahpenggantibeliaudengannash yang tidakmenyebutnamanya, dimana Ali yang paling utamamemenuhisifat-sifattadi.
3.   KeKhalifahan Abu Bakar, Umar danUsmandianggaptidaksah, hanyakurangutama.
Para pengikutSyi’ah di Kuffahmenentangpengesahankhalifah Abu Bakar, Umar olehsebabitudinamakan “Rafidhoh”.
FahamgolonganZaidadalahdekatdenganfahamAhlisunah, merekatakmenolakkekhalifahan Abu Bakardan Umar dantidakmelaknatikeduanya.Merekatidakmenyatakankemaksumanpara imam-imam dantidakmembenarkanadanya imam ghoibdantidakmengharuskanTaqiyah.Zaidakhirnyamatiterbunuhdalammemimpinpemberontakannyamelawanpemerintahanahisyam bin Abd al MalikdanYahya bin Yazid yang meneruskanperlawanandanpemberontakanmerekaterdapatbaniImayahakhirnyagugur pula dalammelawan Al Walid bin Yazid. AdapunparapengikutSyi’ahZaidiniyahsekarangbanyaktersebar di YamandanHadramaut.
c.       Ismailliyah
TokohnyaialahIsma’il bin Ja’far ash Shadiq. Beliaudiriwayatkansukaminumkhamrsehinggasebagaipenganutnyamenggugurkankeimanannya, sebabtidakmashumdanberalihberimanpadaadikismail, Musa Al Kodhim. Di waktu Ismail meninggaldimanaayahnya imam Ja’far ash Shodiqmasihhidup, makapenganutnyamengajarkanbahwasebenarnyaismailtidakmeninggal, akantetapidisembunyikanolehayahnyadanmenjadi Imam Mahdi yang ditunggu-tunggukedatangannyakembaliuntukmemerintahdenganpenuhkeadilan. SedangkansebagiandaripengikutIsmailliyahmengajarkanbahwa Ismail benar-benartelahmati, danmenurunkankeimanankepadaanaknya Muhammad bin Ismail yang kemudianhilangdanmenjadi imam Mahdi yang ditunggu-tunggukedatangannya.
AdapunperbedaannyaantaraImamiyyahdanImailiyahadalahtentangjumlah  imam-imam dimanagolonganIsmailiyahmembatasi imam-imam hingga yang ketujuhsaja (As Saabi’iyah).
DenganinigolonganIsmailiyahmemberikansuatuajaranbahwasesudah imam yang ketujuh.Karenamerekamengajarkanadanya imam masturatauiamambatinmakadisebutgolonganBatiniyah.
Golonganinisangatdipengaruhiolehajaran-ajaranfilsafatYunanidanterutamaajaran Neo Platonismesepertiajaranterciptanyaduniadenganjalanemanasi (faidl) danfahamtentangmakrifat.Golonganbatiniyah yang merupakancabangdariIsmailiyahmengajarkan pula bahwa orang yang matidengan imam padazamannyadianggapmatiJahilliyah.Dan golonganbatiniahinimengajarkanpensifatan Allah dengandasar yang bertentangandalilmantiksepertibahwaTuhanitutidakalimdantidakjahil, tidakkuasadantidaklemahdansebagainya.
IbnuThaimiyyahmenyerang, bahwapensifatan yang demikianbertantangandengankeadaanmantikataulogika yang mengharuskanduahal yang bertentangantersebutada yang salahsatunyabenar.SeranganiniditangkisolehulamapenganutBatiniyah, Abu Sulaiman al Sijistanidengankatanya “bahwa kami tidakmengumpulkandua yang berlawanan, bahkan kami mengangkatkeduanya”.
Al Hasan as ShababsalahsatuseorangpengikutBatiniyahberhasilmendirikancabangbaruyaituHasyasyin yang mengajarkanbahwa orang yang takmempunyaiimanadalahtidakberagamadanberagamaadalahmengikutiimanitu.
d.      Gholliyah (Ghullat)
Golonganinidisebut pula Syi’ahSabaiyyahkarenapemimpinnyabernama Abdullah bin Sabakseorang yang semulaberagamaYahudi. Golonganinijugadikenalgolonganekstrim.[4]













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kaumsyi’ahyaitu suatu jama’ah atau golongan umat islam yang memberikan kedudukan istimewa terhadap keturunan nabi Muhammad dan menempatkan Ali bin Abi Tholib serta Ahlul Bait, pada derajat yang lebih utama dari pada sahabat nabi yang lainnya, mereka mencintai Ali dan keturunannya dengan penuh hati dengan disertai sikap dan tindakan nyata.
2.      Aliran syi’ah yang jelas timbulkarena sebab politik. Tapi gerakan yang bersifat politik ini dalam perkembangan sejarahnya akhirnya mengarah kepada suatu ajaran teologi / ilmu kalam. Aliran syi’ah sebagai gerakan yang bersifat politik, didukung oleh para sahabat diantaranya: Jabir bin Abdillah, Hudzaifah bin Yaman, Salman Al Farizi, Abu Dzar Al Ghifari, Ammar bin Yasir dan Abdullah bin Mas’ud. Pokok ajaran Syi’ah yaitu yang menuntut agar hak untuk menjabat khalifah untuk menjadi imam yaitu pemimpin masyarakat islam, khalifah hanya sah apabila mendapat nash dan diangkat oleh nabi sendiri dan kemudian oleh imam sesudah beliau secara berurutan, dan bahwa tiap-tiap imam yang telah dianggkat oleh imam sebelumnya itu adalah maksum.
3.      Al Imamiya pokok ajaranya:a. Bahwa Ali bin Abi Tholiblah satu-satunya Khalifah atau imam yang yang sah sesudah Nabi, yang disahkan oleh nabi sendiri dengan nash yang jelas. b. Mereka mengajarkan adanya “dua belas imam” berurutan satu sama lain dari keturunan Ali dengan Fatimah, maka mereka disebut pula golongan “Keduabelasan” atau “Al Misma’ Asyariyah”. c. Mereka mengajarkan adanya “Kemaksuman, Kemahdian, dan akan datangnya kembali imam yang terakhir (kepercayaan Raj’ah) dan Taqihah”.
Al Zaidiyah pokok ajarannya: a. imam itu terbatas harus dari anak cucu Ali dengan isteri Fatimah. b. nabi menetapkan syarat untuk menjadi khalifah pengganti beliau dengan nash yang tidak menyebut namanya. c. Kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Usman dianggap sah, hanya kurang utama.
Ismailliyahpokokajarannya: penganutnyatetapmempertahankankeimanandanberanggapanbahwa imam itubebasdaritaklif agama.
Gholliyah (Gullat) golonganinidisebutSyi’ahSabaiyahkarenapemimpinnyabernama Abdullah bin Saba’.





















DAFTAR PUSTAKA
Ali, SyadAmeer. Api Islam, Terjemah HB. Yassir,. Jakarta: BulanBintang, 2012.
Muhaimin, IlmuKalam. Yogyakarta: pustakapelajar, 1999.
Nasir, SahilunA .PemikiranKalam. Jakarta :Rajawalipers, 2010.
Zahrah, Imam  Muhammad Abu.Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. Jakarta, Logos Publishing House, 1996.



[1]SyadAmeer Ali, Api Islam, Terjemah HB. Yassir, (Jakarta: BulanBintang, 2012), 669-670.
[2]Imam  Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam (Jakarta, Logos Publishing House: 1996), 34.
[3]SahilunA  Nasir,PemikiranKalam (Jakarta : Rajawalipers, 2010), 75.
[4]Muhaimin, IlmuKalam, (Yogyakarta:pustakapelajar),1999.
 

Analisis Jurnal yang benar dan Baik By: Mumajad El Basyir

Nama : MA’MA MUMAJAD NIM : 932135616 Mata kuliah : Pengembangan Pendidikan Nonformal/Informal Keagamaan. Instansi.         : Instit...