Sejarah munculnya kaum syi’ah dan sekte-sektenya
DisusunUntukMemenuhi
Salah SatuTugasPada Mata Kuliah
“Teologi Islam”
DosenPengampu:
Dr.H. Ilham Thohari, SH. M.HI.
DisusunOleh
:
Ma’maMumajad :
932135616
Mutoharoh : 932135716
M. SulqiMubarok
: 932140716
JURUSAN : TARBIYAH
PROGRAM STUDI :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
sejarah pertumbuhan dan perkembangan islam timbullah aliran-aliran ilmu kalam
pertama kali banyak berlatar belakang politik. Akan tetapi, persoalan politik
meningkat menjadi persoalan teologi / ilmu kalam. Masalah politik yang muncul
dikalangan muslim ini ialah persoalan siapakah yang akan menggantikan nabi
Muhammad dalam kedudukannya sebagai khalifah karena beliau tidak pernah
menunjuk dan tidak menjelaskan cara-cara pemilihannya.
Dari beberapa golongan tidak mau menerima
putusan perdamaian yang menimbulkan perpecahan dikalangan mereka sehingga
melahirkan aliran-aliran politik yang diantaranya aliran syi’ah. Aliran ini
merupakan golongan umat islam yang memberikan kedudukan istimewa terhadap
keturunan Nabi Muhammad keluarga dekat Nabi (Ahlul Bait). Maka disusunlah
makalah ini untuk mengetahui lebih jelasnya tentang asal usul aliran syi’ah
pokok ajaran dan sekte-sektenya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian aliran Syi’ah?
2. Apa faham dan pokok-pokok ajaran
syi’ah?
3. Apa sekte, tokoh dan
ajaran-ajarannya?
C. Tujuan
Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian aliran
syi’ah
2. Untuk mengetahui faham dan
pokok-pokok ajaran syi’ah
3. Untuk mengetahui sekte, tokoh dan
ajaran-ajarannya
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Aliran Syi’ah
Kata syi’ah menurut Ibnu Khaldun
berarti “as Shahbu wal ittibaa’u” yang artinya pengikut atau partai. Menurut
istilah yaitu suatu jama’ah atau golongan umat islam yang memberikan kedudukan
istimewa terhadap keturunan nabi Muhammad dan menempatkan Ali bin Abi Tholib
serta Ahlul Bait, pada derajat yang lebih utama dari pada sahabat nabi yang
lainnya, mereka mencintai Ali dan keturunannya dengan penuh hati dengan
disertai sikap dan tindakan nyata.
Syi’ah adalah mazhab politik yang
pertama kali lahir dalam islam, mazhab ini tampil pada akhir masa pemerintahan
‘Utsman yang tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Saat nabi Muhammad selesai
menunaikan tugas risalah islam hampir selama 23 tahun, beliau wafat hari Senin
12 Rabi’ul Awal 11 Hijriyah bertepatan
dengan 8 Juni 632 M.[1]Setiap
Ali berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat, kekuatan
beragama dan ilmunya. Ketika keturan Ali yang sekaligus keturunan Rasululloh
mendapat perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan
pada masa dinasti Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin
mendalam. Mereka memandang Ahlul Bait ini sebagai korban kezaliman. Dengan
demikian, semakin meluaslah daerah madzhab Syi’ah dan pendukungnya semakin
banyak.[2]
Saatnabimeninggal, parasahabatdarikalanganMuhajirindanAnsorberkempul
di SaqifahBaniSa’idahuntukbermusyawarahtentangkhalifah. GolonganansormenghendakiSa’ad
bin Ubadahsebagaikhalifah. Usultersebuttidakdapatditerimaolehgolonganmuhajirin,
makaterjadilahperdebatan-perdebatan yang cukupsengit, sehingga hamper
menimbulkanperpecahan.SedangkangolonganMuhajirinmencalonkan Abu Bakar as
sidiq.Syaidina Ali tersebutpadasaatitutidakhadir di
balaiSaqifahBaniSa’idahkarenasibukmengurusijenazahRasululloh yang belum di
makamkan.Waktuitutidakadapihak yang menyebut-nyebutSyaidina Ali
sebagaicalonkhalifah. Untuk mengakhiri perdebatan maka sahabat Umar bin khattab
tampil, membaiat Abu Bakar sebagai khalifah pertama.[3]
Khalifah Abu Bakar memerintah
selama 2 tahun 3 bulan 10 hari (11-13 H/632-634M ).beliau meninggal pada 13
H.saat ia sakit-sakitan, ia mengusulkan Saiyyidina Umar bin Khattab sebagai
calon khalifah kedua.
Khalifah umar pernah ke Baitul
Maqdis ( 8H/639 M) untuk menyaksikan penyerahan kota dari kerajaan Romawi
timur. Sebagai pengganti sementara beliau menunjuk Saiyyidina Ali sebagai
penguasa kota Madina.
Saidina Umar berkuasa selama 10
tahun 6 bulan (13-23 H/ 634-644 M). Dia meninggal pada 16 Dzul Qod’ah dibunuh
oleh Abu Lu’lu seorang sahaya dari Persia yang amat dendam melihat kerajaan
Persia di taklukkan (16 H/636 M). Panitia akhirnya memilih Saiyidina Utsman bin
Affan sebagai khalifah ketiga yang memerintah selama 13 tahun kurang sehari
(23-35 H/656 M) yang meninggal dibunuh para pemberontak yang terkena hasutan
dari Abdullah bin Saba’.
B. Faham
dan Pokok Ajaran Syi’ah
Faham aliran syi’ah mulai timbul
setelah Nabi Muhammad wafat yaitu mulai adanya pemikiran dan faham segolongan
kaum muslimin yang menyatakan bahwa keluarga nabi adalah yang paling berhak
menggantikan beliau sebagai imam atau khalifah.Oleh karena itu Ali merupakan
keluarga yang lebih utama derajatnya dari yang lain, maka dialah yang berhak
menggantikan nabi. Jadi timbullah aliran syi’ah yang jelas karena sebab
politik. Tapi gerakan yang bersifat politik ini dalam perkembangan sejarahnya
akhirnya mengarah kepada suatu ajaran teologi / ilmu kalam. Aliran syi’ah
sebagai gerakan yang bersifat politik, didukung oleh para sahabat diantaranya:
Jabir bin Abdillah, Hudzaifah bin Yaman, Salman Al Farizi, Abu Dzar Al Ghifari,
Ammar bin Yasir dan Abdullah bin Mas’ud. Adapun kegiatan politiknya baru nampak
setelah 6 tahun dari masa pemerintahan Usman bin Affan dimana muncul golongan
yang pro dan kontra.
Menurut faham ini bahwa Ali lah
yang berhak yang menjadi khalifah karena hal itu, sudah ketentuan dari Allah.
Dinyatakan bahwa Usman telah merampas hak itu dengan kekerasan. Propoganda
Abdullah bin Sabak termakan oleh segolongan umat islam yang menambah kebencian
mereka kepada Usman, yang akhirnya mereka menyerbu Madina sehingga
mengakibatkan terbunuhnya Usman pada tahun 35 H (636 M) kemudian mengangkat Ali
bin Abi Thalib menjadi khalifah.
Dengan demikian
pendukung-pendukung Ali disamping Ahlul Bait, Syi’ah Alawiyah yang asli dari
keluarga nabi, juga dari pengikut Abdullah bin Saba’ penduduk Kufah dan Basrah
bekas-bekas penganut agama Majusi Persia atau Irak.
Adapun pokok ajaran Syi’ah dapat
disimpulkan dalam tiga pokok faham, yaitu:
1. Yang menuntut agar hak untuk
menjabat khalifah atau dalam istilah mereka masyhur yaitu hak untuk menjadi
imam yaitu pemimpin masyarakat, baik dalam urusan agama atau politik, harus
jadi hak waris bagi keluarga Nabi (yaitu Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya).
2. Dan syah imam / khalifah itu syah
hanya apabila mendapat nash atau diangkat oleh nabi sendiri dan kemudian oleh
imam sesudah beliau secara berurutan, berdasarkan nas dan wishaya (wasiat) dari
imam sebelumnya. Syiah menganut hak legitimasi berdasarkan hak suci Tuhan .
3. Dan bahwa tiap-tiap imam yang
telah diangkat oleh imam sebelumnya itu adalah maksum, terpeliharadari dosa serta
menerima anugerah keistimewaan yang berujud ilmu gaib,mukjizat-mukjizat dan
kesaktian. Berarti menjadi orang suci yang mengatasi segala manusia ini.
C. Sekte,
Tokoh dan Ajaran-ajarannya
Aliran Syi’ah ini dalam
perkembangan sejarah selanjutnya telah terpecah belah menjadi beberapa sekte
(aliran-aliran kecil) yang dasar-dasar perselisihan antara mereka dalam dua
hal:
a. Perbedaan dalam sendi-sendi ajaran
mereka, sebagian mereka ada yang sangat keras (ekstrim) dan melampaui batas,
sehingga berani mengkafirkan semua orang yang berfaham yang bertentangan dengan
mereka. Sebagian lagi ada yang bersifat moderat, tidak begitu keras dan tidak
batas. Golongan yang keras misalnya Imamiyah, sedangkan yang moderat Zaidiah.
b. Terjadi perselisihan dalam
menentukan imam mereka. Misalnya sesudah wafat Musa ini ada segolongan yang
memandang jabatan keimanan jatuh pada Ali bin Husain (Zainal Abidin), sedang
segolongan memandang hak keimanan berpindah pada Muhammad bin Husain.
Dari sekian sekte yang masih
tanpak hidup mempunyai pengikut sampai sekarang adalah:
a. Al Imamiya
Disebut pula Al-Isna Asyariyah atau Rafidhah.
Dinamakan Imamiyah disebabkan masalah keimaman atau khalifah yang jadi pusat
ajaran mereka. Pokok-pokok ajarannya:
1. Bahwa Ali bin Abi Tholiblah
satu-satunya Khalifah atau imam yang yang sah sesudah Nabi, yang disahkan oleh
nabi sendiri dengan nash yang jelas. Nabi sendiri yang menentukan calon
penggantinya dengan tegas-tegas menyebut nama Ali melalui wasiat. Bahwa wasiat
disampaikan oleh nabi di suatu tempat bernama Ghadir Khum yang terletak antara
Mekkah dan Madinah. Oleh karena itu mereka bersikap ekstrim tidak mengakui
kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab, dan karena menolak kekalifahan
beliau juga memandang keduanya sebagai pengkhianat perampas hak Ali, maka
mereka disebut pula golongan “Rafidhah”.
2. Mereka mengajarkan adanya “dua
belas imam” berurutan satu sama lain dari keturunan Ali dengan Fatimah, maka
mereka disebut pula golongan “Keduabelasan” atau “Al Misma’ Asyariyah”.
3. Mereka mengajarkan adanya
“Kemaksuman, Kemahdian, dan akan datangnya kembali imam yang terakhir
(kepercayaan Raj’ah) dan Taqihah”.
a. Maksum artinya tiap-tiap imam itu
mereka dianggap terpelihara (kekal) dari dosa sejak dilahirkannya.
b. Al-Mahdi artinya lughawi (mendapat
petunjuk). Menurut istilah golongan Syi’ah, Imam Mahdi adalah imam yang ghaib,
yang ditunggu-tunggu kedatangannya dan akan memerintah di dunia ini dengan
keadilan. Dan imam kedua belaslah Imam Mahdi ini.
Penggunaan istilah al Muhdi dengan arti
diatas menurut Ahmad Amin mula-mula adalah dari sekte Kaisaniah yaitu cabang
aliran Syi’ah yang berasal dari faham Laisan, Maula Ali bin Abi Thalib yang
memandang bahwa keimanan itu pindah dari Husain ke Muhammad bin Hanafiah yaitu
putera Ali dari isteri keluarga Hanafia.
Ibnu Hanafiah ini meninggal tahun 81 H dan
dimakamkan di Baqi’. Namun Keisan
memandang bahwa ibnu Hanafiah sesungguhnya tidah meninggal. Tetapi dia jadi
ghaib (menghilang) dan bertahta di bukit Radlwa yaitu suatu bukit dekat Madinah
dan imam ini nanti akan kembali lagi
serta berkuasa dan menciptakan keadilan di bumi ini.
4. Ar Raj’ah
Rapat hubunganya dengan faham Al Mahdi al
Muntadhar diatas adalah kepercayaan Raj’ah yaitu banyak diantara
penganut-penganut Syi’ah Imamiyah yang beri’tikad bahwa Nabi saw. Ali, Hasan
Husain dan semua imam selebihnya beserta musuh-musuh mereka dahulu, seperti Abu
Bakar, Umar, Usman, Muawiyyah, Yazid dan sebagainya, akan kembali hidup lagi
kedunia ini sewaktu pemerintah Imam Mahdi dan lawan imam-imam diatas akan
diadili, akan dihukum disebabkan telah khianat pada imam-imam mereka. Kemudian
mereka akan meninggal semuanya dan hidup lagi pada hari kebangkitan. Dalam hal
ini Syarif Murtadla mengatakan bahwa: “Bahwa Abu Bakar dan Umar akan disalib di
atas tiang pemancang pada zaman kekuasaan Imam Mahdi ini.”
5. At Taqiyah
Yaitu keharusan untuk menyembunyikan faham ke
Syi’ah hanya mereka disebabkan takut terhadap jiwa harta dan segala miliknya,
dari perampasan dan penindasan pemerintah / penguasa mereka. Dan akhirnya,
taqiyah ini menjadi rukun agama dalam kalangan Syi’ah, sebagaimana diriwayatkan
Abu Abdillah bahwa beliau mengutamakan “sembilan persepuluh agama dilakukan
secara taqiyah, dan tak ada agama bagi orang yang tak melakukan taqiyah. Dan
taqiyah itu berlaku dalam segala urusan.”
Sekte Syi’ah Imamiyah atau Isna
‘Asyariyah ini adalah sekte terbesar dari aliran Syi’ah dan pernah menjadi
madzhab resmi negara selama pemerintahan keluarga kerajaan Ash Shafariyyah yang
berkuasa di Persia sejak tahun 907-1148 H dan hingga dewasa ini tetap
berpengaruh disana. Di Persia jumlah penganutnya sekarang mencapai kurang lebih
7 milyar dan Irak kurang lebih 2 milyar sedangkan di India kurang lebih 5
milyar.
Sekte Imamiyah adalah aliran induk
bagi cabang-cabang Syi’ah yang mengimani adanya dua belas imam-imam. Imam pertama
adalah Ali bin Abi Thalib. Imam kedua adalah Hasan yang mati diracun Mu’awiyah
sesudah melepaskan haknya sebagai imam dengan suapannya. Imam ketiga adalah
yang dibunuh oleh tentara Yazid di Karbala. Imam keempat adalah Ali (putera
Husain dengan puteri Iran) yang terkenal dengan julukan Zain Al Abidin
(perhiasan orang-orang yamg suka beribadah) disebabkan tekunnya beribadah.
Beliau wafat tahun 95 H (713 M). Imam kelima Muhammad al Bakir, yang hidup
hingga tahun 114 H, dan kemudian diganti anaknya Ja’far as Shadiq. Masa ini
menjadi peralihan kekuasaan ketangan Bani Abbas, yang bersikap meluhurkan kaum
Sunni dan menghargai ilmu-ilmu pengetahuan. Imam Ja’far as Shadiq mendapat
udara baru untuk memperdalam ilmu dan mengajar pengikut-pengikut beliau dan membangkitkan
perhatian mereka terhadap Syari’ah. Ulama-ulama penganutnya mencatat
ajaran-ajaran Ja’far dan mereka itu disebut kaum Syi’ah Ja’far. Imam Ja’far
wafat tahun 148 H (756 M) dan diganti anaknya Musa sebagai imam ketujuh.
Kekuasaan
Bani Abas menjadi benar-benar kokoh dan
khalifah kemudian dijadikan hak warisan (turun temurun) oleh Harun Al Rosyid)
yang ditentang oleh kaum Syi’ah dibawah pimpinan Musa yang mengakibatkan beliau
ditangkap dan dipenjara bertahun-tahun hingga wafat pada tahun 183 M dimakamkan
di Kazimin dekat Baghdad.
Imam
kedelapan adalah Ali al Ridlo yang amat dihormati oleh Kholifah Makmun. Tetapi
disebabkan kekuasaan Syi’ah makin besar, maka kemudian Makmun khawatir dan imam
Ali al Ridlo diracun hingga meninggal dan dimakamkan di Meshed tahun 203 H (818
M).
Imam
kesembilan ialah Muhammad al Jawad yang baru berusia 8 tahun. Beliau wafat pada
tahun 220 H dan dimakamkan di Kazimain.
Imam
kesepuluh bernama Ali al Hadi yang menjadi imam sewaktu masih berusia 8 tahun
dan akhirnya dibunuh di Irak pada tahun 254 H (868 M).
Imam kesebelas adalah Hasan al
Askari. Ia dibunuh pada tahun 260 H (873 M) dimakamkan di Somara dekat Baghdad.
Putera
Muhammad lalu jadi imam kedua belas, lahir tahun 255 H (869 M) yang kemudian
pergi dan menghilang disebabkan takut akan dibunuh khalifah yang berkuasa. Imam
ini kemudian dianggap imam terakhir dan tetap hidup tetapi tidak nampak dan
nanti tidak akan muncul lagi kedunia membawa keadilan. Maka imam ini disebut
imam Mahdi al Muntadhar (yang dinanti-nantikan kedatangannya ke dunia).
b.
Zaidiniah
Tokohnya ialah Zaid bin Abidin)
bin Husain. Dia mengajarkan bahwa:
1.
Imam-imam itu terbatas harus dari anak cucu Ali
dengan Fatimah dantidakmembenarkanadanya imam dariputera Ali yang bukandari
Fatimah seperti Muhammad bin Hanafiah
2.
Nabimenetapkansyarat-syaratuntukmenjadikhalifahpenggantibeliaudengannash
yang tidakmenyebutnamanya, dimana Ali yang paling utamamemenuhisifat-sifattadi.
3.
KeKhalifahan
Abu Bakar, Umar danUsmandianggaptidaksah, hanyakurangutama.
Para
pengikutSyi’ah di Kuffahmenentangpengesahankhalifah Abu Bakar, Umar
olehsebabitudinamakan “Rafidhoh”.
FahamgolonganZaidadalahdekatdenganfahamAhlisunah,
merekatakmenolakkekhalifahan Abu Bakardan Umar
dantidakmelaknatikeduanya.Merekatidakmenyatakankemaksumanpara imam-imam
dantidakmembenarkanadanya imam ghoibdantidakmengharuskanTaqiyah.Zaidakhirnyamatiterbunuhdalammemimpinpemberontakannyamelawanpemerintahanahisyam
bin Abd al MalikdanYahya bin Yazid yang
meneruskanperlawanandanpemberontakanmerekaterdapatbaniImayahakhirnyagugur pula
dalammelawan Al Walid bin Yazid.
AdapunparapengikutSyi’ahZaidiniyahsekarangbanyaktersebar di YamandanHadramaut.
c.
Ismailliyah
TokohnyaialahIsma’il
bin Ja’far ash Shadiq.
Beliaudiriwayatkansukaminumkhamrsehinggasebagaipenganutnyamenggugurkankeimanannya,
sebabtidakmashumdanberalihberimanpadaadikismail, Musa Al Kodhim. Di waktu
Ismail meninggaldimanaayahnya imam Ja’far ash Shodiqmasihhidup, makapenganutnyamengajarkanbahwasebenarnyaismailtidakmeninggal,
akantetapidisembunyikanolehayahnyadanmenjadi Imam Mahdi yang
ditunggu-tunggukedatangannyakembaliuntukmemerintahdenganpenuhkeadilan.
SedangkansebagiandaripengikutIsmailliyahmengajarkanbahwa Ismail benar-benartelahmati,
danmenurunkankeimanankepadaanaknya Muhammad bin Ismail yang
kemudianhilangdanmenjadi imam Mahdi yang ditunggu-tunggukedatangannya.
AdapunperbedaannyaantaraImamiyyahdanImailiyahadalahtentangjumlah imam-imam dimanagolonganIsmailiyahmembatasi
imam-imam hingga yang ketujuhsaja (As Saabi’iyah).
DenganinigolonganIsmailiyahmemberikansuatuajaranbahwasesudah
imam yang ketujuh.Karenamerekamengajarkanadanya imam
masturatauiamambatinmakadisebutgolonganBatiniyah.
Golonganinisangatdipengaruhiolehajaran-ajaranfilsafatYunanidanterutamaajaran
Neo Platonismesepertiajaranterciptanyaduniadenganjalanemanasi (faidl)
danfahamtentangmakrifat.Golonganbatiniyah yang
merupakancabangdariIsmailiyahmengajarkan pula bahwa orang yang matidengan imam
padazamannyadianggapmatiJahilliyah.Dan golonganbatiniahinimengajarkanpensifatan
Allah dengandasar yang
bertentangandalilmantiksepertibahwaTuhanitutidakalimdantidakjahil,
tidakkuasadantidaklemahdansebagainya.
IbnuThaimiyyahmenyerang,
bahwapensifatan yang demikianbertantangandengankeadaanmantikataulogika yang
mengharuskanduahal yang bertentangantersebutada yang
salahsatunyabenar.SeranganiniditangkisolehulamapenganutBatiniyah, Abu Sulaiman
al Sijistanidengankatanya “bahwa kami tidakmengumpulkandua yang berlawanan,
bahkan kami mengangkatkeduanya”.
Al Hasan
as
ShababsalahsatuseorangpengikutBatiniyahberhasilmendirikancabangbaruyaituHasyasyin
yang mengajarkanbahwa orang yang
takmempunyaiimanadalahtidakberagamadanberagamaadalahmengikutiimanitu.
d.
Gholliyah
(Ghullat)
Golonganinidisebut
pula Syi’ahSabaiyyahkarenapemimpinnyabernama Abdullah bin Sabakseorang yang
semulaberagamaYahudi. Golonganinijugadikenalgolonganekstrim.[4]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kaumsyi’ahyaitu suatu jama’ah atau golongan
umat islam yang memberikan kedudukan istimewa terhadap keturunan nabi Muhammad
dan menempatkan Ali bin Abi Tholib serta Ahlul Bait, pada derajat yang lebih
utama dari pada sahabat nabi yang lainnya, mereka mencintai Ali dan
keturunannya dengan penuh hati dengan disertai sikap dan tindakan nyata.
2. Aliran syi’ah yang jelas timbulkarena sebab politik. Tapi gerakan
yang bersifat politik ini dalam perkembangan sejarahnya akhirnya mengarah
kepada suatu ajaran teologi / ilmu kalam. Aliran syi’ah sebagai gerakan yang
bersifat politik, didukung oleh para sahabat diantaranya: Jabir bin Abdillah,
Hudzaifah bin Yaman, Salman Al Farizi, Abu Dzar Al Ghifari, Ammar bin Yasir dan
Abdullah bin Mas’ud. Pokok ajaran Syi’ah yaitu yang menuntut agar hak untuk
menjabat khalifah untuk menjadi imam yaitu pemimpin masyarakat islam, khalifah
hanya sah apabila mendapat nash dan diangkat oleh nabi sendiri dan kemudian
oleh imam sesudah beliau secara berurutan, dan bahwa tiap-tiap imam yang telah
dianggkat oleh imam sebelumnya itu adalah maksum.
3. Al Imamiya pokok ajaranya:a. Bahwa
Ali bin Abi Tholiblah satu-satunya Khalifah atau imam yang yang sah sesudah
Nabi, yang disahkan oleh nabi sendiri dengan nash yang jelas. b. Mereka
mengajarkan adanya “dua belas imam” berurutan satu sama lain dari keturunan Ali
dengan Fatimah, maka mereka disebut pula golongan “Keduabelasan” atau “Al
Misma’ Asyariyah”. c. Mereka mengajarkan adanya “Kemaksuman, Kemahdian, dan
akan datangnya kembali imam yang terakhir (kepercayaan Raj’ah) dan Taqihah”.
Al Zaidiyah pokok ajarannya: a. imam itu terbatas harus
dari anak cucu Ali dengan isteri Fatimah. b. nabi menetapkan syarat untuk
menjadi khalifah pengganti beliau dengan nash yang tidak menyebut namanya. c.
Kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Usman dianggap sah, hanya kurang utama.
Ismailliyahpokokajarannya:
penganutnyatetapmempertahankankeimanandanberanggapanbahwa imam
itubebasdaritaklif agama.
Gholliyah (Gullat)
golonganinidisebutSyi’ahSabaiyahkarenapemimpinnyabernama Abdullah bin Saba’.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, SyadAmeer.
Api Islam, Terjemah HB. Yassir,. Jakarta: BulanBintang, 2012.
Muhaimin, IlmuKalam.
Yogyakarta: pustakapelajar, 1999.
Nasir,
SahilunA .PemikiranKalam. Jakarta :Rajawalipers, 2010.
Zahrah, Imam
Muhammad Abu.Aliran Politik dan Aqidah dalam
Islam. Jakarta, Logos Publishing House, 1996.
[1]SyadAmeer Ali, Api Islam, Terjemah HB. Yassir,
(Jakarta: BulanBintang, 2012), 669-670.
[2]Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan
Aqidah dalam Islam (Jakarta, Logos Publishing House: 1996), 34.