EJAAN
Materi Diskusi
Mata Kuliah
”Bahasa Indonesia”
Dosen Pengampu :
Iwan Marwan, M.Pd.I
Disusun Oleh
:
Ma
Ma Mumajad 932135616
Dias
Aprilia 932137016
JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
2016
PETA KONSEP
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
Ejaan dapat diartikan sebagai
perlambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf. Secara khusus ejaan berarti
keseluruhan ketentuan yang mengatur perlambangan bunyi bahasa termasuk
pemisahan dan penggabungannya.
Ejaan juga dapat diartikan sebagai kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi ujaran (kata,kalimat dan sebagainya) dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisah dan penggabungannya dalam suatu bahasa)[1]
Ejaan juga dapat diartikan sebagai kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi ujaran (kata,kalimat dan sebagainya) dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisah dan penggabungannya dalam suatu bahasa)[1]
B.
Jenis-jenis Ejaan
1.
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini
disusun oleh Prof. ch. A. Van Ophuysen dengan bantuan ahli bahasa seperti Engku
Nawawi atas perintah Pemerintah Hindia Belanda. Ejaan ini terbit pada tahun
1901, dalam kitab logat melayu. Menurut Van Ophuysen bahasa melayu tidak mengenal
gugus konsonam dalam satu kata.
Ajaran Ophuysen tidak dipakai lagi karena beberapa pertimbangan :
Ajaran Ophuysen tidak dipakai lagi karena beberapa pertimbangan :
a.
Adanya gugus konsonam dalam bahasa indonesia tidak menimbulkan kesulitan
apapun dalam lafal bagi pemakai bahasa Indonesia.
b.
Kita menghendaki agar eajaan kata pungut dalam bahasa Indonesia
sedapat-dapatnya dekat dengan ejaan asli kata asalnya.
c.
Dalam pemungutan kata asing kita sukar menghindari adanya gugus tugas
konsonam.
Contoh :
Kata instruktur (bahasa Belanda instructur) jika di Indonesiakan sesuai dengan ketetapan Ophuysen akan menjadi in-se-te-ruk-tur.
Berdasarkan tiga hal tersebut maka ajaran Ophuysen dikesampingkan. Selain itu kelemahan ejaan ini banyaknya tanda-tanda diakritik.
Contoh :
Kata instruktur (bahasa Belanda instructur) jika di Indonesiakan sesuai dengan ketetapan Ophuysen akan menjadi in-se-te-ruk-tur.
Berdasarkan tiga hal tersebut maka ajaran Ophuysen dikesampingkan. Selain itu kelemahan ejaan ini banyaknya tanda-tanda diakritik.
2.
Ejaan Soewandi ( Ejaan Republik )
Ejaan ini di tetapkan
mulai tanggal 19 Maret 1947 kemudian dikenal dengan Ejaan Republik/Soewandi.
Tujuan diadakan perubahan ejaan yaitu : penyederhanakan untuk memudahkan.
Contoh :
Goeroe - Guru
3. Ejaan
yang tidak diresmikan (Ejaan Melindo)
Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang
terdapat pada Ejaan Republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu
penulisan karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf,
seperti dj, tj, sj, ng, dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu lamabang untuk
satu bunyi. Gagasan tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua Negara, yaitu
Indonensia dan Malaysia. Dari pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang
Perutusan Indonensia dan Melayu (Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail,
masing-masing berperanan sebagi ketua perutusan) menghasilkan konsep ejaan
bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia).
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa dilambangkan
dengan satu huruf. Salah satu lambing itu adalah huruf j sebagai pengganti dj,
huruf c sebagai pengganti huruf tj, huruf η sebagai pengganti ng, dan huruf ή
sebagai pengganti nj. Sebagai contoh :
a. sejajar sebagai
pengganti sedjadjar
b. mencuci sebagai
pengganti mentjutji
c. meηaηa sebagai
pengganti dari menganga
4.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan atau biasa disebut EYD, diberlakukan sejak
penggunaannya diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Augustus 1972.
Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ditetapkan oleh
Mendikbud pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku
diseluruh Indonesia dan disempurnakan lagi pada tahun 1987.[3]
Dikatakan ejaan yang
disempurnakan karena ejaan tersebut merupakan penyempurnaan dari beberapa ejaan
sebelumnya. Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara
lain:
1.)
Pembentukan Huruf
Ejaan lama
|
EYD
|
dj = jarum
tj = tjut
nj = njawa
|
j = jarum
c = cut
ny = nyawa
|
2.) Huruf f, r, dan z yang
merupakan unsur serapan dari bahasa asing, misalnya khilaf, zakat.
3.) Huruf g dan x lazim digunakan
dalam ilmu pengetahuan tetap, misalnya furgan dan xenon.
4.) Penulisan di - sebagai awalan
dibedakan dengan di sebagai kata depan.
Contoh :
Awalan
|
kata Depan
|
Di – dikhianati
Di - dilakukan
|
Di – di kampus
Di – di sekolah
|
5.) Kata ulang ditulis penuh
dengan mengulang unsur-unsurnya, bukan dengan angka dua/2
Contoh :
dulu
|
sekarang
|
Mahasiswa-mahasiswa
Bermain-main
|
Mahasiswa2
Bermain2
|
Secara umum hal-hal yang diatur dalam
EYD adalah sebagai berikut :
1. Pemakaian huruf
2. Pemakaian huruf kapital dan huruf
miring
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca
C.
Fungsi Ejaan
1.
Landasan pembakuan tata bahasa.
2.
Landasan pembakuan kosakata dan peristilah.
3.
Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa
indonesia.
4.
Secara praktis ejaan berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami dan
mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.
Ejaan ialah :
perlambangan fonem dengan huruf. Selain itu ejaan berarti :
Ketetapan tentang bagaimana
satuan-satuan morfologi kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata imbuhan dan
partikel-partikel dituliskan.
Ketetapan tentang bagaimana penulisankalimat dan bagian-bagian kalimat
dengan memakai tanda baca. Fonem yaitu Bunyi-bunyi bahasa yang sering di
ucapkan dan gambar bunyi bahasa yang sering diucapakan juga diartikan kesatuan bahasa yang terkecil
yang dapat membedakan arti.
BAB II
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Ejaan yaitu
perlambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf. Selain itu dapat juga berarti
keseluruhan ketentuan yang mengatur perlambangan bunyi bahasa.
Ejaan juga mempunyai
beberapa jenis yaitu : Ejaan van ophuysen, Ejaan Soewandi, Ejaan Melindo, Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD)
Adapun Ejaan
mempunyai fungsi sebagai Landasan pembakuan tata bahasa, Landasan pembakuan
kosakata dan peristilahan dan juga sebagai Alat penyaring masuknya
unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa indonesia.
Secara praktis ejaan
berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami dan mencerna informasi yang
disampaikan secara tertulis.
DAFTAR PUSTAKA
J.S Badudu; 1986, Inilah
Bahasa Indonesia Yang Benar, Gramedia. Jakarta.
J.S Badudu; 1993, Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Pustaka Prima. Bandung.
J.S Badudu; 1993, Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Pustaka Prima. Bandung.
Depdikbud. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta : Hi-Fest, 2008.
Rahardi, Kunjana. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga, 2009.
Wijayanti, Sri Hapsari., dkk. Bahasa Indonesia Penulisan
dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013.
[1] Sri Hapsari
Wijayanti,dkk. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2013), 1
[2] Depdikbud. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, ( Jakarta : Hi-Fest, 2008),
27.
[3]Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,
(Jakarta : Erlangga,2009), 197.
membuat nambah pengetahuan saya dalam ejaan :)
BalasHapusterima kasih
---
Supplier Tas Batam
terima kasih juga sudah mampir di Blog saya,,
Hapus